GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MASA PUBERTAS PADA REMAJA SISWA DAN SISWI KELAS 1 SMPN 2 UNGARAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MASA PUBERTAS PADA REMAJA SISWA DAN SISWI KELAS 1 SMPN 2 UNGARAN





BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt). Timbul ciri-ciri sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik, kognitif serta sosial (Soetjiningsih, 2004)

Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan tubuh berpengaruh pada jiwa remaja (Soetjiningsih, 2004).

Sebelum berakhirnya proses pertumbuhan dan perkembangan pada masa kanak-kanak tubuh telah mempersiapkan diri untuk mulai memasuki tahap kematangan. Kondisi inilah yang kemudian dikenal dengan tahap remaja-pubertas yang berarti anak telah memasuki usia kedewasaan. Yang mana pada masa ini organ reproduksi telah mengalami kematangan (Hurlock,1997). Masa remaja adalah masa yang sangat penting, masa disaat seseorang banyak belajar mengenai berbagai segi kehidupan, pengalaman dan penghayatan mengenai dirinya sendiri (Mayasari,2000).

Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan menarche. Pada usia ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis, karena mulai memproduksi hormon-hormon seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sistem reproduksi. Tanda-tanda awal pubertas yang terlihat nyata adalah pembesaran payudara sedangkan yang terjadi pada pria pertama kali adalah mimpi basah. (Soetjiningsih, 2004)

Masa peralihan yang terjadi ini, tidak hanya dalam artian fisik tetapi juga psikologis. Perubahan psikologis ini muncul sebagai akibat dari perubaan fisik itu, karena perubahan fisik yang terjadi pada masa puber sangat menyolok dan jelas maka keadaan tersebut seringkali membuat remaja bingung, khawatir, canggung dan terheran-heran, sehingga remaja tidak mau menerima kondisi fisiknya. Keadaan ini menyebabkan remaja sulit mengerti dan di mengerti orang dewasa (Al-Migwar, 2006).

Data demografi menunjukan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut WHO sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun dan sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang (Soetjiningsih, 2004).

Berdasarkan hasil riset sebanyak 70,92% remaja tahu bahwa seorang pria dikatakan matang secara seksual bila sudah mengalami mimpi basah, sedangkan 8,57% remaja tidak tahu sama sekali ciri-ciri kematangan seksual laki-laki. Pada perempuan 80,04% remaja tahu bahwa ciri kematangan seksual perempuan ditandai dengan terjadinya menstruasi. 5,4 % remaja tidak tahu tentang ciri kematangan seksual perempuan (Tanjung dkk, 2001).

Riset di atas menunjukan sebagian kecil remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas. Selain itu mereka juga tidak memiliki akses terhadap pelayanan dan informasi kesehatan reproduksi. Informasi biasanya hanya diperoleh dari teman atau media, yang biasanya sering tidak akurat. Akibatnya remaja rentan terhadap pelecehan seksual, pergaulan bebas, kehamilan diluar nikah, aborsi tidak aman, IMS (Infeksi Saluran Kemih) dan lain-lain (Depkes, 2004).

Dengan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi diharapkan remaja dapat mengambil keputusan yang lebih bijak tentang apa yang seharusnya boleh mereka lakukan dan apa yang seharusnya belum boleh mereka lakukan (Dianawati, 2002).

Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara langsung kepada 30 siswa di SMPN 2 Ungaran diperoleh data bahwa 19 (5,7%) anak tidak mengetahui tentang pubertas sedangkan 8 (2,4%) orang mempunyai pengetahuan, dan 3 (0,9%) siswa tahu tentang masa puber. Kurangnya informasi tentang perubahah yang terjadi pada masa puber mengakibatkan banyak remaja yang kurang memahami dan mengetahui kesehatan reproduksi yang berhubungan dengan perubahan fisik serta kurang memperhatikan perawatan pada organ-organ reproduksi sehingga kemungkinan besar akan mengakibatkan timbulnya gangguan dan kelainan pada organ reproduksi.

Berdasarkan latar belakang dan studi pendahuluan diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul ”Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang masa pubertas pada remaja siswa dan siswi kelas 1 SMPN 2 Ungaran”.



B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis ingin mengetahui bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang masa pubertas pada remaja siswa dan siswi kelas 1 SMPN 2 Ungaran..



C. Tujuan Penulisan.

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang masa pubertas pada remaja siswa dan siswi kelas 1 SMPN 2 Ungaran..

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan pada remaja siswa dan siswi kelas 1 SMPN 2 Ungaran tentang pengertian pubertas.

b. Untuk mengetahui pengetahuan pada remaja siswa dan siswi kelas 1 SMPN 2 Ungaran tentang penyebab perubahan fisik pada masa pubertas.

c. Untuk mengetahui pengetahuan tentang masa pubertas pada siswa dan siswi kelas 1 SMPN 2 Ungaran yang belum dan sudah mengalami menstruasi dan mimpi basah.

d. Untuk mengetahui pengetahuan pada remaja siswa dan siswi kelas 1 SMPN 2 Ungaran tentang psikologi atau kejiwaan pada masa pubertas

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi penulis

Menambah pengetahuan tentang bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja pada masa puber.

2. Manfaat bagi pendidikan

Dapat sebagai bahan untuk menambah daftar kepustakaan serta sebagai bahan pemberian konseling pada remaja tentang pubertas.

3. Manfaat bagi masyarakat/orang tua

Sebagai pengetahuan atau informasi bagi orang tua yang memiliki anak remaja untuk dapat memahami perubahan tubuh pada remaja. Sehingga orang tua dapat mengarahkan pada remajanya untuk berprilaku yang baik sehubungan dengan perubahan bentuk tubuhnya.

4. Manfaat bagi remaja

Remaja dapat memahami perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya sehingga remaja dapat memahami dan menerima perubahan tersebut.

BAB II

TINJAUAN TEORI





A. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah pesan dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan (deliek), takhyul (superfitions) dan penerangan-penerangan yang keliru (Sukamto, 1998). Pengetahuan adalah hasil dari tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan dapat melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, indera rasa dan raba. Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan, pengalaman, media masa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

1. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan diri maupun dorongan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan mencakup 6 (enam) tingkatan dalam domain kognitif, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dari rangsangan yang telah diterima. Karena itulah “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan berkaitan satu sama lain.

e. Sintetis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, atau dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.





f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kinerja yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.

2. Cara memperoleh pengetahuan

Ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan yaitu :

a. Cara coba salah (trial and error)

Cara coba salah ini menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan lain. Bila kemungkinan kedua ini gagal maka dicoba kemungkinan ketiga dan seterusnya sampai masalah ini dapat dipecahkan. Itulah sebabnya metode ini disebut coba (trial) dan salah (error) atau metode coba salah (Notoatmodjo, 2000).

b. Tradisi atau autoritas

Dalam kehidupan manusia sehari hari banyak kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melakukan penalaran apakah yang dilakukan itu baik atau tidak. Sumber pengetahuan tentang asuhan kehamilan ini diperoleh dari bidan maupun tenaga kesehatan lainnya. Dengan kata lain diperoleh berdasarkan pengetahuan merupakan autoritas atau kekuasaan dari ahli pengetahuan yang bersangkutan. Orang lain akan menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai autoritas tanpa menguji dulu kebenarannya, karena orang itu menganggap pendapat itu sudah benar (Notoatmodjo, 2000).

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Kalimat itu mengandung makna bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara memperoleh pengetahuan, oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2000).

d. Berdasarkan alasan yang logis

Penilaian ini merupakan komponen penting dalam pendekatan ilmiah, akan tetapi alasan rasional yang terbatas karena validitas alasan deduktif tergantung informasi dimana seseorang memulai dan alasan tersebut tidak efisien untuk mengevaluasi akurasi permasalahan (Notoatmodjo, 2000).

3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) dibedakan menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu :

a. Materi

Materi atau hal yang dipelajari, yang ikut menentukan proses dan hasil belajar. Misalnya, belajar pengetahuan dan belajar sikap atau keterampilan, akan menentukan perbedaan proses belajar.



b. Lingkungan

Faktor lingkungan dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu lingkungan fisik yang terdiri dari suhu, kelembaban udara dan kondisi tempat belajar. Sedangkan faktor yang kedua adalah lingkungan sosial, yaitu manusia dengan segala interaksinya serta representasinya seperti keramaian, atau kegaduhan, lalu lintas, pasar dan sebagainya.

c. Instrumental

Faktor ini terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-alat peraga, dan perangkat lunak (software) seperti kurikulum, pengajar, atau fasilitator belajar serta metode belajar mengajar. Untuk memperoleh hasil belajar yang efektif, faktor instrumental ini dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai materi dan subyek belajar. Misalnya metode untuk belajar pengetahuan menggunakan metode ceramah, sedangkan untuk belajar sikap, tindakan keterampilan atau perilaku digunakan metode diskusi atau demonstrasi.

d. Individu

Faktor ini dibedakan dalam kondisi fisiologis dan psikologis. Kedua hal tersebut akan mempengaruhi penilaian seseorang terhadap suatu objek. Contoh kondisi fisiologis seperti status gizi dan kondisi panca indera (terutama penglihatan dan pendengaran), sedangkan kondisi psikologis seperti pengamatan, intelejensi, daya ingat, daya tangkap, motivasi dan sebagainya.

4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tingkatan (Notoatmodjo,1997).

Adapun pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis :

a. Pertanyaan subyektif misalnya jenis pertanyaan essai.

b. Pertanyaan obyektif misalnya jenis pertanyaan pilihan ganda (multiple choise), betul atau salah dan pertanyaan menjodohkan.

Pertanyaan essai disebut pertanyaan subyektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor faktor subyektif dari penilai sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai satu dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu ke waktu yang lainnya. Pertanyaan pilihan ganda, betul atau salah, menjodohkan disebut pertanyaan obyektif karena pertanyaan pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subyektif dari penilai. Dari kedua jenis pertanyaan tersebut pertanyaan obyektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilainya akan lebih cepat (Arikunto,2001).



B. Remaja

1. Pengertian

Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa yang merupakan periode kritis di mana terjadi pertumbuhan yang cepat, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjingsih, 2004).

Remaja adalah masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial yang berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (Pardede,2002)

Menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. Menurut Undang-Undang Perburuhan, anak dianggap remaja bila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal. Sedangkan menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki. Menurut WHO, dikatakan remaja bila anak telah berusia 10-18 tahun.

Menurut Soetjiningsih (2004) berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, remaja akan melewati tahapan berikut :

a. Masa remaja awal/dini (early adolence) umur 11-13 tahun.

b. Masa remaja pertengahan (middle adolence) umur 14-16 tahun.

c. Masa remaja lanjut (late adolence) umur 17-20 tahun



2. Perubahan-Perubahan Masa Remaja

a. Pengertian perubahan

Perubahan merupakan suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Seseorang dalam menerima perubahan baru dalam hidupnya melalui 3 tahap yaitu pengetahuan (knowledge), sikap ( attitude ), dan praktek ( practice) ( Notoatmodjo, 2003)

Menurut Ahmad (1999), perubahan adalah peralihan sesuatu dari keadaan tertentu menjadi keadaan yang berbeda dengan keadaanya semula.

b. Perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja:

1) Perubahan kognitif

Memasuki masa remaja seorang anak akan memiliki kemampuan berpikir ke arah operasional formal. Pemikiran mereka semakin abstrak, logis dan idealistis. Dengan kemampuan metakognisi dan daya abstraksinya diharapkan remaja mampu mengukur kemampuan diri, memiliki tujuan, menganalisa alternatif pemecahan masalah, merencanakan strategi dan mengambil suatu keputusan. (Soetjiningsih, 2004).

2) Perubahan sosial

Dalam perjalannya menuju kedewasaan, maka remaja harus berusaha mempunyai peran dalam kehidupan sosialnya, keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan remaja karena remaja merupakan lingkungan sosial pertama yang meletakkan dasar-dasar kepribadian remaja. Pola asuh orang tua sangat besar pengaruhnya bagi remaja baik pola asuh otoriter, demokratik ataupun permisif memberi dampak yang berbeda bagi remaja (Soetjiningsih, 2004).

Semakin berkembangnya sosial remaja maka remaja mulai memisahkan diri dari orang tua dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya. Kelompok sebaya menjadi begitu berarti dan sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial remaja sehingga remaja menjadi sangat tergantung kepada teman sebagai sumber kesenangan dan keterkaitannya (Soetjiningsih, 2004).

3) Perubahan emosi

Suatu ciri dari remaja adalah kecenderungan untuk berpikir tentang apa yang terjadi pada diri seseorang dan mempelajari dirinya sendiri. Menurut Erikson (1999), tahap selama remaja adalah berpusat pada dirinya. Perubahan pubertas memerlukan remaja untuk mengubah konsep fisik mereka, menyesuaikan diri terhadap harapan-harapan teman dan keluarga serta dalam membuat keputusan. Kemampuan intelektual remaja tumbuh, termasuk kecenderungan baru tentang refleksi dan analisis diri dan juga membuat perubahan dalam konsep diri (Djiwandono, 2002).







4) Perubahan fisik

Sepanjang masa puber akan terjadi perubahan fisik antara lain perubahan ukuran tubuh, perubahan bentuk tubuh dan munculnya ciri-ciri seks, baik ciri seks primer maupun ciri seks sekunder.

c. Penyebab Perubahan Fisik

Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas disebabkan oleh adanya kelenjar-kelenjar yang menjadi aktif didalam sistem endokrin, ketika tiba waktunya bagi remaja untuk menjadi dewasa, sebuah hormon yang disebut hormon pelepas gonadotropin (gonadotropin releasing hormon /GnRH) akan dikeluarkan oleh sebuah kelenjar dibagian otak yang disebut hypothalamus.

GnRH akan merangsang kelenjar lain yaitu kelemjar pituitari/ hypofisis, untuk melepaskan 2 jenis hormon yaitu LH (Lutenizing hormon) dan FSH (Folikel Stimulating Hormon).

Pada anak perempuan, FSH dan LH akan mempengaruhi indung telur (ovarium) untuk mulai membuat hormon lain yaitu estrogen. Estrogen ini akan mempengaruhi pertumbuhan ciri-ciri kelamin sekunder, dan bersama-sama LH serta FSH terlibat dalam siklus menstruasi.

Pada anak laki-laki, FSH dan LH akan mempengaruhi buah zakar (testis) untuk mulai membuat testosteron dan sperma. Testosteron ini yang akan mempengaruhi terhadap perubahan tubuh selama masa puber. Namun setelah tercapai kematangan alat kelamin maka hormon gonad akan menghentikan aktivitas hormon pertumbuhan sehingga pertumbuhan fisik akan terhenti (Djiwandono, 2005).

d. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja

Selama pertumbuhan pesat masa puber, terjadi empat perubahan fisik penting antara lain perubahan ukuran tubuh, perubahan proposi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder.

1) Perubahan ukuran tubuh

Perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubahan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Pertumbuhan tinggi badan anak perempuan dimulai pada usia 11 tahun dan berhenti pada usia sekitar 13 tahun. Sedangkan bagi anak laki-laki, permulaan periode pertumbuhan pesat tinggi tubuh dimulai rata-rata pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 15 tahun. Peningkatan tinggi badan yang terbesar terjadi setahun sesudah dimulainya masa puber. Sesudahnya, pertumbuhan menurun dan berlangsung lambat sampai usia dua puluh atau dua puluh satu.

Pertumbuhan berat tidak hanya karena lemak, tetapi juga karena tulang dan bertambah besarnya jaringan otot. Pertambahan berat yang paling besar pada anak perempuan terjadi sesaat sebelum dan sesudah haid, setelah itu pertambahan berat hanya sedikit. Sedangkan pada anak laki-laki, pertambahan berat maksimum terjadi setahun atau dua tahun setelah anak perempuan dan mencapai puncaknya pada usia 16 tahun. (Hurlock, 2002).

2) Perubahan proporsi tubuh

Menurut Hurlock (2002) akibat terjadinya kematangan yang lebih cepat dari daerah-daerah tubuh yang lain, daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya kecil sekarang menjadi besar. Gejala ini tampak jelas pada hidung, kaki dan tangan. Namun demikian, semua bagian tubuh itu akan mencapai ukuran dewasa walaupun perubahannya terjadi sebelum akhir masa puber.

3) Perubahan ciri seks primer

Ciri seks primer menunjuk pada organ tubuh yang langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Pada masa puber organ-organ seksual mulai berfungsi dan menimbulkan perubahan-perubahan pada tubuh remaja.

Pada anak laki-laki terjadi pertumbuhan pesat pada testis atau gonad yang terdapat pada sekrotum diluar tubuh. Dan berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Seiring dengan pertumbuhan testis, penis pun meningkat pesat. Diawali dengan bertambah panjang kemudian penambahan besarnya secara berangsur-angsur. Fungsi organ reproduksi laki-laki akan mengalami kematangan pada sekitar usia 14 tahun yang ditandai dengan “mimpi basah” atau keluarnya sperma untuk pertama kali.

Pada anak perempuan berfungsinya organ-organ seksual sekitar usia 13 tahun dan akan mengalami kematangan seiring dengan bertambahnya usia. “Haid atau menstruasi” dianggap sebagai petunjuk pertama bahwa reproduksi anak perempuan telah matang dan dapat berfungsi (Hurlock, 2002).

4) Perubahan ciri seks sekunder

Perkembangan seks sekunder memunculkan tanda-tanda yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Pada saat ciri-ciri sekunder muncul, timbul daya tarik dengan lawan jenis dan gairah seksual.

Ciri-ciri seks sekunder pada remaja perempuan :

a) Pinggul membesar dan membulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit.

b) Payudara membesar dan puting susu semakin menonjol.

c) Tumbuh rambut pada kemaluan, ketiak, lengan dan kaki.

d) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal dan lubang pori-pori bertambah besar.

e) Suara menjadi lebih penuh dan merdu.

f) Kelenjar keringat menjadi aktif dan timbul jerawat.

g) Tubuh menjadi lebih bulat karena penumpukan lemak.

Ciri-ciri seks sekunder remaja laki-laki:

a) Otot-otot bertambah besar dan kuat terutama dada, lengan, paha dan kaki.

b) Tumbuh rambut di sekitar kemaluan.

c) Kulit menjadi kasar, pori-pori meluas.

d) Kelenjar keringat menjadi aktif sehingga lebih banyak berkeringat dan mulai timbul jerawat.

e) Suara lebih dalam/besar.

f) Bahu dan dada melebar.

g) Tumbuh kumis dan jenggot.

(Hurlock, 2002).

5) Pengaruh perubahan fisik terhadap psikologi remaja

Serangkaian perubahan psikologis akan menyertai perkembangan fisik seoarang remaja. Satu hal yang pasti tentang aspek-aspek psikologis dari perubahan fisik pada masa remaja adalah bahwa remaja disibukkan dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka (Santrock, 2002).

Munculnya ciri-ciri seksual primer dan sekunder membuat remaja harus menyesuaiakan diri terhadap akaibat yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut. Akibatnya, perubahan fisik seringkali dibarengi dengan perubahan perilaku dan sikap. (Hurlock, 2002).

Banyak remaja yang merasa tidak puas dengan perubahan tubuhnya. Ketidakpuasan lebih banyak dialami di beberapa bagian tubuh tertentu. Hal ini menimbulkan keresahan batin yang cukup mendalam karena pada masa ini perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya. Menurut Hill dan Monks (2002), remaja merupakan salah satu penilai yang penting terhadap tubuhnya sendiri sebagai rangsang sosial, bila ia mengeri bahwa tubuhnya memenuhi persayaratan hal ini akan berakibat positif terhadap dirinya. Sehingga masa transisi dapat dilewati dengan baik dan mudah, tetapi bila sebaliknya maka akan timbul konsep diri yang kurang baik. (Monks and Knoers, 2002).

6) Hal-hal yang ditakutkan

Menurut Al-Mighwar (2006), perubahan fisik yang terjadi pada remaja sangat disadarinya dan karena dia memiliki persepsi yang pasti tentang penampilan dirinya kelak sehingga timbul ketakutan pada remaja bila dirinya tidak menarik atau bila penampilannya tidak sesuai dengan yang semestinya.

a) Ketakutan terhadap kenormalan

Adanya perubahan penampilan anak laki-laki dan perempuan menimbulkan ketakutan tentang kenormalan ciri-ciri yang berbeda pula. Ketakutan yang dirasakan dan dialami antara lain :

(1) Organ-organ seks

Mereka takutan bila organ-organ seksnya yang membesar akan terlihat melalui pakaian atau bila haid dan mimpi basah akan meninggalkan bekas pada pakaian.

(2) Disproporsi tubuh

Adanya disproporsi tubuh membuat remaja takutan tentang kenormalan tubuhnya. (Al-Mighwar, 2006).

b) Ketakutan terhadap tuntutan sek

Remaja telah membuat konsep yang jelas tentang apa yang membentuk penampilan dan perilaku maskulin dan feminim.

Meskipun ketakutan terhadap tuntutan seks itu dialami oleh setiap remaja, hal itu hampir bersifat umum. Selama pertumbuhan pesat masa puber peningkatan ukuran fisik yang tiba-tiba akan cenderung mengganggu anak perempuan karena takutan bila ukurannya tidak membuat laki-laki tertarik kepadanya. Anak laki-laki pun terganggu bila anak prempuan yang sebaya ternyata lebih tinggi darinya.

Anak perempuan menjadi ketakutan bila penampilannya tidak feminim. Bagi mereka yang memiliki dada kecil akan merasa bahwa tubuhnya tidak menarik karena menurut mereka payudara merupakan salah satu organ tubuh yang memiliki sex appeal yang tinggi. Berbeda dengan remaja laki-laki, mereka takutan bila ukuran penisnya kecil dan mereka akan merasa lebih dihargai dan dianggap jantan bila ukuran penisnya semakin besar (Hurlock, 2002).



7) Bahaya yang timbul akibat perubahan fisik

Menurut Hurlock (2002), pada umumnya bahaya yang menimpa masa puber tergolong gawat karena berakibat jangka panjang dan kontradiktif dengan tahap perkembangan sebelumnya. Bahaya psikologis pada masa puber lebih banyak dan berakibat luas daripada bahaya fisiknya.

a) Bahaya fisik

Bahaya fisik utama masa puber disebabkan karena kesalahan fungsi kelenjar endokrin yang mengendalikan pertumbuhan pesat dan perubahan seksual yang terjadi pada periode ini.

b) Bahaya psikologis

Bahaya psikologis yang terpenting adalah sebagai berikut:

(1) Konsep diri yang kurang baik

Banyak hal yang membuat anak puber memiliki konsep diri yang kurang baik, antara lain alasan pribadi dan lingkungan. Konsep diri yang tidak realistis mengenai penampilan dan kemampuan kelak bila sudah dewasa, hampir dialami oleh semua anak puber.

Konsep diri yang kurang baik sering menyebabkan anak puber menarik diri dalam kegiatan kelompok, menjadi agresif dan bersikap bertahan, balas dendam atas perlakuan yang dianggan kurang adil serta menjadi rendah diri.

(2) Persiapan yang kurang dalam menghadapi perubahan

Bila anak tidak dipersiapkan dengan baik untuk menghadapi masa puber pengalaman perubahan tersebut akan menjadi pengalaman yang traumatis, salah satu penyebab adalah kurangnya pengetahuan orang tua atau remaja yang merasa enggan untuk bertanya tentang perubahan yang terjadi pada tubuhnya.

(3) Menerima perubahan tubuh

Menerima kenyataan bahwa tubuhnya mengalami perubahan termasuk salah satu tugas perkembangan masa remaja. Tidak banyak anak puber yang mampu menerima kenyataan ini, sehingga tidak puas dengan penampilannya. Dia sering menyalahkan penampilannya dan mengangap pentingnya penampilan untuk memperoleh dukungan sosial. Akibatnya dia sering menyalahkan penampilan sebagai penyebab kurangnya dukungan yang diharapkan. (Hurlock, 2002).



C. Pubertas

1. Pengertian

Menurut Hurlock (1998) pubertas merupakan masa peralihan antara anak-anak menjadi dewasa. Tidak ada batasan antara akhir masa anak-anak dan awal masa pubertas. Akan tetapi dapat dikatakan bahwa pubertas pada anak putri dimulai dengan awal berfungsinya ovarium dan berakhir pada saat ovarium sudah berfungsi mantap dan teratur.

Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan secara fisik yang meliputi: perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks sekunder, perubahan psikis dan kematangan fungsi-fungsi seksual. Kebanyakan remaja mengalami pubertas pada usia 11 sampai 14 tahun, tetapi ada juga yang pada usia 10 sampai 17 tahun. Pada anak perempuan, pubertas ditandai dengan menstruasi pertama atau biasa disebut dengan menarche. (Sutendy, 2007)

2. Proses terjadinya pubertas

Fatimah (2006) mengungkapkan bahwa terjadinya masa pubertas pada remaja karena pengaruh dua kelenjar yang menjadi aktif bekerja dalam sistem endokrin. Kelenjar-kelenjar tersebut adalah :

a. Kelenjar Pituitari

Kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak mengeluarkan dua macam hormon yang erat hubungannya dengan perubahan masa remaja. Kedua hormon tersebut adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh dan hormon yang merangsang gonad agar mulai aktif bekerja. Dalam keadan demikian perubahan-perubahan pada masa pubertas telah terjadi. Kelenjar ini diaktifkan oleh rangsangan yang dilakukan kelenjar hypothalamus, yaitu kelenjar yang dikenal sebagai kelenjar untuk merangsang pertumbuhan pada saat remaja dan terletak di otak.

b. Kelenjar Gonad atau kelenjar kelamin

Meskipun kelenjar gonad sudah ada dan aktif sejak dilahirkan, kelenjar ini seolah-olah tidur dan baru aktif setelah diaktifkan oleh hormon gonadotropik dari kelenjar pituitari pada saat si anak memasuki tahap remaja. Segera setelah tercapai kematangan alat kelamin, hormon gonad akan menghentikan aktivitas hormon pertumbuhan, dengan demikian pertumbuhan fisik akan terhenti.

Keseimbangan yang tepat antara kelenjar pituitari dan kelenjar gonad akan menimbulkan perkembangan fisik yang tepat pula, sebaliknya jika terjadi gangguan dalam keseimbangan ini, akan timbul penyimpangan pertumbuhan.

3. Ciri-ciri pubertas

Wikipedia Indonesia (2007) mengemukakan bahwa seorang anak perempuan akan menunjukkan tanda-tanda awal dari pubertas yaitu, tumbuhnya rambut-rambut pada ketiak dan sekitar alat kelamin, membesarnya buah dada dan mencuatnya puting susu, munculnya jerawat, keringat yang berlebihan, suara bertambah nyaring serta pinggul yang lebih lebar daripada lebar bahu. Tanda-tanda itu biasanya muncul pada usia 10 tahun ke atas





4. Perubahan-perubahan pada masa pubertas

Sutendy (2007) mengungkapkan bahwa pada masa pubertas akan terjadi dua perubahan yaitu perubahan fisik dan perubahan psikis.

a. Perubahan Fisik

Pada masa pubertas terjadi beberapa perubahan fisik yaitu :

1) Ukuran tubuh

Irama pertumbuhan fisik berubah menjadi cepat sekitar 2 tahun sebelum anak mencapai taraf kematangan alat kelaminnya. Setahun sebelum pematangan ini, anak akan bertambah tinggi 10 sampai 15 cm dan bertambah berat 5 sampai 10 kg. Pertumbuhan tubuh masih terus terjadi, tetapi dalam tempo yang sedikit lebih lamban. Selama 4 tahun, pertumbuhan tinggi badan anak akan bertambah 25% dan berat tubuhnya hampir mencapai dua kali lipat. Anak laki-laki tumbuh lebih cepat daripada anak perempuan. Pertumbuhan anak laki-laki akan mencapai bentuk tubuh orang dewasa pada usia 19 sampai 20 tahun, sedangkan anak perempuan pada usia 18 tahun.

2) Proporsi tubuh

Ciri tubuh yang kurang proporsional pada masa remaja ini tidak sama dengan seluruh tubuh. Adapula bagian tubuh yang semakin proporsional. Proporsi yang tidak seimbang ini akan berlangsung terus sampai seluruh masa puber dilalui sepenuhnya, sehingga proporsi tubuhnya mulai tampak seimbang menjadi proporsi orang dewasa. Perubahan ini terjadi, baik di dalam maupun bagian luar tubuh anak.

3) Ciri-ciri seks primer

Pada masa anak-anak, alat kelamin yang utama belum berkembang secara sempurna. Memasuki masa remaja, alat kelamin mulai berfungsi, yaitu pada saat ia berusia 13 tahun ketika indung telurnya mulai berfungsi yaitu pada saat pertama kali mengalami menstruasi atau haid. Bagian lain dari alat perkembangbiakan pada anak perempuan saat ini masih belum berkembang dengan sempurna, sehingga belum mampu untuk mengandung.

4) Ciri-ciri seks sekunder

Adalah suatu keadaan dimana munculnya ciri-ciri yang jelas untuk membedakan antara perempuan dan laki-laki. Ciri kelamin sekunder pada anak perempuan adalah membesarnya buah dada dan mencuatnya puting susu, tumbuh rambut di sekitar alat kelamin dan ketiak, produksi keringat yang berlebih, suara bertambah nyaring, pinggul lebih lebar daripada lebar bahu.

b. Perubahan Psikis

Pada masa pubertas, anak remaja akan memperlihatkan gejala-gejala sebagai berikut :





1) Keinginan untuk menyendiri

Hal ini terjadi pada umur lebih kurang 12 atau 13 tahun, anak tidak ada perhatian lagi pada teman-temannya, dia mengasingkan diri dari kelompoknya dan lebih senang duduk sendiri di kamar dengan pintu ditutup.

2) Keseganan untuk bekerja

Anak pada masa kanak-kanak selalu sibuk dan nampaknya tidak pernah merasa capai bekerja atau bermain-main, tapi sekarang nampak selalu capai. Sebenarnya untuk bekerja hari ini bukanlah disebabkan karena kemalasan atau karena adanya perubahan dalam tingkatan inteleknya tapi akibat dari perkembangan jasmaniah yang berjalan dengan cepat. Biasanya anak sering tidak menjalankan kewajibannya, dan dia dikatakan malas, hal ini menimbulkan rasa tidak senang dalam diri anak dan rasa segan untuk menjalankan kewajibannya.

3) Kurang percaya diri pada diri sendiri

Pada masa ini anak akan kehilangan kepercayaan terhadap diri sendiri, dia selalu merasa tidak pasti mengenai apakah dia mampu mengerjakan suatu hal. Kadang-kadang untuk menutupi rasa kurang percaya pada diri sendiri, anak mengerjakan hal-hal yang dia ketahui adalah kurang baik sehingga menjadi anak yang nakal.



4) Rasa malu yang berlebihan

Anak perempuan pada masa ini sangat malu terutama apabila terpaksa memperlihatkan badannya, dia menjadi marah sekali jika seorang anggota keluarganya masuk ke kamar saat dia sedang ganti pakaian.

5) Senang melamun

Anak puber senang sekali duduk melamun. Pada umumnya dalam lamunannya dia mula-mula melihat dirinya sebagai orang yang menderita karena tidak dimengerti dan tidak diperlukan dengan selayaknya.

6) Emosionalitas

Anak dalam masa pubertas sering kali marah-marah dan merasa sedih dan ingin menangis karena sebab-sebab yang kecil saja. Hal ini adalah keadaan-keadaan emosional yang khas bagi anak pubertas.

7) Bersikap tidak tenang

Pada anak masa pubertas, sebab dari tidak senang adalah pertumbuhannya yang cepat dan menyebabkan adanya ketegangan yang mengakibatkan ketidak tenangan pada anak.

8) Merasa bosan

Dia akan selalu merasa bosan dengan permainan yang dulu disenanginya. Dia tidak segan-segan menunjukkan rasa bosannya dengna jalan menolak untuk menjalankan keaktifan-keaktifan yang dulu dikerjakannya dengan senang hati.

9) Antagonisme sosial

Anak puber mempunyai kebiasaan untuk menunjukkan sikap menentang kehendak orang lain, dia senang bertengkar dengan teman-temannya, mengolok-olok. Mereka bertengkar mulut mengenai hal-hal yang remeh dan yang selalu mencoba menyakiti hatinya.

5. Penerimaan dalam menghadapi pubertas

Menurut Sutendy (2007) bahwa salah satu tugas perkembangan yang penting adalah menerima kenyataan bahwa tubuhnya mengalami perubahan. Hanya sedikit anak puber yang mampu menerima kenyataan ini sehingga mereka tidak puas dengan penampilannya, karena betapa pentingnya penampilan untuk memperoleh dukungan sosial, terdapat banyak alasan mengapa anak pubertas tidak puas dengan tubuhnya yang berubah dan mengalami kesulitan untuk menerimanya yaitu :

a. Hampir semua anak membentuk konsep diri fisik yang ideal, berdasarkan konsep diri sebagai sumber individu ideal dalam kelompok. Oleh karena itu awalnya tidak merasa puas dengan penampilan dirinya dan sulit untuk dapat menerima perubahan pada dirinya.

b. Kepercayaan tradisional tentang penampilan fisik yang pantas untuk jenis seks tertentu cenderung mewarnai sikap anak puber hingga mengganggu penerimaan terhadap tubuhnya sendiri, misalnya karena dada yang rata pada umumnya dianggap tidak menarik dan tidak feminim, maka anak perempuan yang payudaranya berkembang lebih lamban tidak hanya gelisah mengenai kewanitaannya tapi cenderung menolak diri sendiri, sedangkan pada anak perempuan yang buah dadanya sudah berkembang menjadi tidak percaya diri karena merasa diperhatikan dan diolok-olok oleh temannya terutama oleh anak laki-laki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar